GRESIK | NUGres – Pembacaan Macapat Serat Sindujoyo berlangsung di Balai Gede atau Bale Kambang, Selasa (6/5/2025) malam hingga memasuki waktu dini hari. Serat Macapat Sindujoyo sendiri merupakan kisah perjalanan hidup Kyai Sindujoyo, sosok yang dianggap berkontribusi terhadap keberadaan wilayah pesisir yang kini dikenal dengan Kelurahan Lumpur Kecamatan Gresik, Kabupaten Gresik.
Selain diikuti oleh warga setempat, sejumlah generasi muda dari luar wilayah pesisir pantai di perkotaan Gresik itu juga menyimak dengan antusias gelaran tersebut hingga selesai. Mereka juga bercengkrama dengan para tokoh setempat serta penembang macapat Mbah Sindujoyo.
Salah satu tokoh setempat, Fatah Yasin, menyampaikan bahwa pembacaan macapat menjadi tradisi yang melekat di setiap gelaran Haul Mbah Kyai Sindujoyo. Dalam kesempatan itu, ia juga memperkenalkan para penembang Macapat Serat Sindujoyo di momen tahun ini antara lain Sumarmo, Suparwan dan Joko.
Sebelum dimulai pembacaan Macapat Serat Sindujoyo secara bergantian, Pak Fatah, demikian budayawan pesisir pantai kota Gresik itu dikenal, memulai acara dengan tawasul dan berkirim fatihah kepada para pendahulu Kelurahan Lumpur, dan juga para pembaca Macapat yang telah meninggal dunia, salah satunya mbah Mat Kauli.
Kegiatan memperingati Haul ke-415 Kyai Sindujoyo yang merupakan santri Sunan Prapen itu dimulai sekira pukul 21.45 WIB, tepat setelah berlangsungnya kegiatan khatmil Qur’an yang bertempat di Bale Kambang Kelurahan Lumpur Gresik.

Pegiat seni dan budaya dari komunitas Biennale Jatim, Dewi R. Maulidah mengatakan ketertarikannya untuk mencerap lebih mendalam sosok Sindujoyo melalui berbagai gelaran tradisi yang tersaji dalam masyarakat pesisir Lumpur, Gresik, termasuk kisah Kyai Sindujoyo yang tertuang dalam serat mocopat yang dibacakan para sesepuh.
“Kebetulan di tahun ini Biennale Jatim ada program pengenalan budaya wilayah di Gresik, khususnya temanya di wilayah pesisir. Nah ketika kami sudah mulai paham apa saja seni dan kebudayaan yang ada di wilayah pesisir, terutama di daerah lumpur, akhirnya kita merasa ingin lebih tahu ya, siapa itu Sindujoyo, apa itu Serat Sindujoyo, bagaimana membaca Macapat itu sendiri. Dari situlah kami dari Biennale Jatim tertarik untuk melihat secara langsung,” ungkapnya.
Di sela gelaran tersebut, Fatah Yasin juga tampak menjelaskan dan memperlihatkan secara langsung sejumlah arsip dan buku Serat Sindujoyo. Salah satunya, buku Alih Aksara dan Terjemahan Serat Sindujoyo karya Amir Syarifuddin yang diterbitkan oleh Mataseger. Tak hanya itu, para peneliti ari kalangan muda itu juga bertanya berbagai khasanah, seperti istilah-istilah, bahkan bentuk perahu yang terkandung dalam seikat kisah Serat Sindujoyo.
Sebagai informasi, pembacaan Macapat Serat Sindujoyo berlangsung selama dua hari. Gelaran hari pertama dapat disimak kembali dalam saluran YouTube NUGres Channel. Kegiatan hari kedua berlanjut pada Rabu (7/5/2025) malam, mulai pukul 22.00 WIB, tepatnya setelah gelaran tahlil Umum atau warga masyarakat Lumpur menyebutnya dengan Tahlil Sakral pada yang berlangsung mulai pukul 19.00 WIB hingga selesai.
Editor: Chidir Amirullah